MOLOT, DAYA TARIK WISATA BUDAYA BAWEAN
Pulau Bawean adalah salah satu pulau yang
dimiliki oleh negara Indinesia dan satu-satunya pulau milik kabupaten Gresik,
pulau ini memiliki luas kurang lebih 55 km2 dan terbagi atas dua
kecamatan yaitu Sangkapura dan Tambak. Pulau ini pun memiliki beberapa gugusan
pulau kecil yang mengitarinya, pulau Gili Noko, Pulau Gili Barat, Tanjung Cina,
Karang Bile, Nosa dan Gili Selayar. Serta terdapat tiga belas tujuan wisata alam yang
dapat dikunjungi oleh wisatawan nusantara maupun mancanegara. Diantaranya satu
tujuan wisata danau, lima wisata pantai, tiga wisata kepulauan, dua wisata air
terjun, satu wisata air panas, dan satu wisata penangkaran Rusa Bawean.
Letak geografisnya menjadikan pulau ini selalu
menjadi tempat transit bagi para pelayar, sehingga pengaruh dan gesekan budaya
menjadikannya beraneka ragam, namun budaya asimilasi ini memberikan khasanah
suku yang berbeda dengan suku-suku yang ada di Indonesia, maka dari itu Bawean
dimasukkan dalam suku tersendiri yaitu Suku Bawean. Etnis
mayoritas penduduk Bawean adalah suku Bawean, diikuti oleh Suku Jawa, Madura
dan Suku-suku lainnya seperti Bugis dan Madailing.
Salah satu budaya yang tidak
kalah menariknya dan dapat dijadikan sebagai marketing nature atau event
marketing proses menurut Lynn Van Der
Wagen adalah MOLOT sebutan untuk memperingati Maulid Nabi
Muhammad SAW bagi warga Bawean. Molot sebagai daya
tarik wisata budaya dapat berkisar pada beberapa hal, seperti: kesenian, tata
busana, boga, upacara adat, demonstrasi kekebalan dan komunikasi dengan alam
ghaib, lingkungan binaan, serta ketrampilan-ketrampilan khusus fungsional
seperti membuat alat-alat dan sebagainya. Namun yang memerlukan kehati-hatian
lebih besar adalah dalam niatan untuk “mengemas” sajian-sajian yang bermakna
religi bagi masyarakat pemiliknya.
Molot secara
filosofis bermakna memberikan semangat untuk meneladani kesederhanaan dan
kedermawanan Nabi Muhammad SAW, dengan cara memperbanyak membaca Sholawat
(Barzanji dan Dibaiyah) serta memberikan sedekah yang dikemas dalam bentuk yang
unik menyerupai “sesajen” masyarakat Hindu Bali, sesajen (baca; bherkat)
sejatinya adalah terdiri dari hasil bumi dan beberapa makanan yang sarat dengan
makna filosofis, misalnya rengginang berbentuk segitiga dan diletakkan paling
atas memiliki arti seluruh hidangan ini hanya karena Allah SWT, jhubedhe
(baca;dodol), ghughudhu bermakna mari saling mengingatkan, bunga telur bermakna
memiliki tekat yang bulat, dan berbagai macam makanan yang disajikan.
Namun semakin
berkembangnya zaman dan aneka ragamnya mata pencaharian penduduk Bawean maka
sesajen yang dibuat sudah mengalami perubahan akan tetapi lima makanan khas
tersebut tetap menjadi bentuk khas dari event molot ini.
...
No comments:
Post a Comment